Lika-Liku Kehidupan Sang Mega Superstar

Sudah beberapa tahun ini aku menjadi seorang single parent. Rasanya? Yang jelas, aku merasa lebih bahagia sekarang.

Walau di satu sisi terkadang sedih saat Pita, anakku satu-satunya, selalu mengatakan...

"Aku kangen kita bareng-bareng kayak dulu, Ma..."

Aku hanya bisa memeluk Pita. Menahan air mata. 

Sejujurnya, bisa dikatakan aku masih mencintai Mas Garry, mantan suamiku. Namun, ada satu hal yang membuatku merasa terusik dan tidak pernah bisa menerima.

Citra Mas Garry sebagai selebritis terkenal kuakui selalu bagus di mata publik. Seburuk-buruknya, toh tidak pernah ada pemberitaan Mas Garry memakai obat terlarang, berselingkuh, melakukan pelecehan, dan keburukan lainnya.

Publik hanya tahu, "Oh, masih suka party dan minum toh Mas Garry. Ah, wajar artis, mah."

Padahal di balik itu, tentu aku tahu keburukan Mas Garry, yang selalu membuat aku bersedih hingga detik ini.

"Tasya, lo yakin mau cerai sama Garry?" tanya salah satu sahabatku waktu perceraian itu belum terjadi.

"Yes, doain aja moga gak ada halangan."

"Tapi sayang, lho. Publik tahunya kalian itu couple goals. Ini sih namanya, kalian bikin senegara patah hati."

"Tapi gue gak bisa terima dia lagi."

"Soal yang mana nih? Sifat playboynya? Hobi party-nya? Atau...."

"Gue gak mau makan duit haram dari dia lagi. Gila apa!"

"Ya tinggal lo suruh dia berhenti, lah!"

"Gila lo ya, mana bisa. Itu 'bisnis lendir' keluarga dia, beb."

"Ah, sarap emang, punya bisnis kok yang 'basah' gitu. Bisnis keluarga pula!"

Ya, memang tidak banyak yang tahu bahwa Mas Garry memiliki 'bisnis lendir' yang memang sudah dikomersialkan oleh keluarganya sejak lama. Namun sejujurnya, aku baru tahu hal itu setelah menikah satu tahun bersama Mas Garry.

Sebenarnya aku masih bisa menerima jika Mas Garry 'main' dengan banyak perempuan cantik, party sampai pagi, mabuk sampai muntah, atau mungkin coba-coba nyimeng. Tapi kalau turut andil berbisnis yang bukan-bukan, ya maaf saja. Aku memang bisa mencari uang sendiri sehingga tidak memakan uang haramnya. Namun bagaimana dengan anakku jika ia tahu bahwa Papanya seperti itu?

Aku tidak mau Pita berlama-lama di sisinya. Aku tidak mau jiwanya terguncang.

"Maaf Mas jika keputusanku mengagetkanmu."

"Tasya, maafin aku. Tapi aku gak mau pisah."

"Tapi aku gak mau punya pasangan yang suka 'menjual perempuan'. Kamu kan punya anak perempuan!"

"Tasya, kamu kan udah tahu, aku udah dimandatkan sama Papa untuk membantu bisnisnya itu."

"Kamu memang lebih sayang Papamu, ketimbang sama aku dan Pita."

"Bukan begitu, Tasya..."

BRAAAKKK. Pintu kamar kututup dengan emosi jiwa.

----

Tidak lama setelah bercerai dengan Mas Garry, aku berpacaran dengan seorang public figure lain, Jonny. Kalau dari segi fisik, kuakui Jonny lebih tampan dari Mas Garry. Cara memanjakannya juga selalu membuatku terasa terbang ke surga.

Jonny di mataku, tentu lebih sempurna....

"Dasar lont* ya, baru cerai udah pacaran aja sama yang lain!"

"Gatel banget sih, Mba. Gak kasian sama Pita liat Mamanya jadi abege tua?"

"Oh, jadi cerainya karena selingkuh sama si artis gak terkenal itu, ya? Siapa? Jono? Wkwkwk"

Berbagai cibiran dari netizen selalu kumakan setiap hari. Sebulan, dua bulan, aku masih bisa menerimanya. Lama-lama, tentu hal tersebut membuatku depresi.

Sejujurnya aku masih trauma untuk menjalani hubungan yang serius. Aku dan Jonny pun hingga saat ini, memang berpacaran, namun kami open relationship. Aku bisa bebas jalan dengan pria mana saja, begitu pun dengan Jonny....

Alasannya? Karena aku sudah terlanjur menganggap bahwa semua pria sama saja. Selalu haus dengan banyak perempuan jika sudah sukses. Jadi, sudahlah, blak-blakan saja dari awal. Jalani saja sesuai kemauan. Asal tidak terendus media. Dan Jonny tidak menghamili atau 'menjual' perempuan lain.

Di satu sisi, aku mengakui bahwa aku tidak bisa hidup tanpa pasangan. Di dalam kamus kehidupanku, tidak ada yang namanya libur jomblo hingga beberapa tahun.

Oh ya, sedari kecil aku tidak pernah akur dengan keluarga, terutama dengan ayah. Ayahku sangat keras dan mungkin hal itulah yang membuat orangtuaku selalu bertengkar.

Aku tidak pernah dekat dengan ayah. Aku tidak pernah merasa nyaman bersamanya.

Dan mungkin hal itulah yang membuatku selalu haus kasih sayang dengan lawan jenis. 

Dan tentunya ; berani menceraikan Mas Garry, yang di mataku tidaklah layak dijadikan pemimpin keluarga.

Salahkah aku?

----

Hai, aku Reyna. Sama seperti Tasya, aku pun seorang public figure papan atas. Bedanya, aku dikenal sebagai selebritis yang santun nan agamis. Hidupku lurus-lurus saja.

Namun, entahlah dengan suamiku. Hidupnya susah lurus!

Aku sayang sama Mas Harry, sayang banget. Hidup bersamanya tentu sangat berwarna. Dia pandai menghibur keluarga. Makanya tidak heran Mas Harry selalu sukses menghibur masyarakat juga lewat beberapa program TV.

Wajahnya sih tidak tampan, namun entah apa yang membuat banyak perempuan yang terkena omongan manisnya. Salah satunya, Tasya.

Oleh karena itu, aku tidak menyukai Tasya, si janda gak tau diri itu!

Aku udah gak pernah mau tau lagi soal sensasi-sensasi Tasya di sana. Aku selalu berdoa, jangan sampai aku bisa sepanggung sama Tasya. Ketemu Tasya di mall. Pokoknya jauh-jauh deh dari sosok Tasya di mataku!

Kok bisa-bisanya Tasya menerima Mas Harry lagi? Gak liat apa dia suami orang? Bukannya dia udah punya Jonny?

Dasar jalang !@##$$%^&**$#

------- bersambung ------

Sumber gambar: https://www.freepik.com/premium-photo/woman-luxurious-dress-red-carpet_7526773.htm#page=1&query=celebrity&position=14

Disclaimer: Mohon menganggap tulisan ini hanya untuk hiburan semata bagi pembaca. Penulis tidak bermaksud untuk menjelekkan suatu orang / kelompok tertentu.