Jenama Kecantikan Kok Mainnya Gak Cantik

 

Spill? (source)

Strategi pemasaran 'ngadi-ngadi' di dalam dunia kecantikan di negeri Wakanda pun kian menggeliat. Semacam alergi kalau cuma diam sejenak, sebab terlihat sejumlah jenama ada saja polah barunya. Mengiklankan produk di luar negeri dengan berbagai embel-embel edan serta memakai model artis mahal dari negeri seberang, seolah-olah si produk sudah go international. Padahal, it's about money. 

Buat yang paham saja~~~

Rere, bukan nama sebenarnya, ialah seorang influencer yang kerap membagikan pengalamannya memakai produk jenama X. Di berbagai kesempatan, ia kerap memakai produk tersebut di Instagram story.

"Wangi banget lho, guys. Kalau kalian suka sama wewangian, harus banget coba ini..."

Di balik itu, Rere bercerita bahwa produk tersebut tidaklah bagus-bagus amat. Katanya, "Bikin kulit cepat kering!"

Yeni, kawan Rere pun berkata, "Kulit dermatitis kayak saya, gak bisa nih pakai ini. Pernah tuh sekali pakai, langsung ngelopek dan memerah!"

"Ya iyalah, itu barang isinya cuma parfum doang. Modal bikinnya sebotol gak sampai 15 ribuan. Kalau mau bener, pakai produk-produk lama yang udah terkenal dari jaman kita kecil aja," ucap Loli, seorang pengusaha kosmetik yang sudah paham dengan tipu-tipu dunia kecantikan.

Rere bercerita, meskipun sebenarnya tidak terlalu suka dengan X, namun ia mengaku uangnya kencang mengalir ke rekeningnya. Bahkan tanpa ada basa-basi seperti meminta turun harga.

"Selain itu, mereka tuh suka banget ngajak aku makan mewah. Padahal aku cuma influencer biasa, followers belum sejuta. Tapi udah dimanja layaknya seorang Brand Ambassador," tambah Rere.

"Masa sih si X gak pernah nawar turun harga?"

"Hmmm, dulu pas baru-baru gitu, emang suka nawar parah. Sekarang mah, aku kasih harga berapapun, mereka mau-mau aja."

Baiklah...

------

Kalau gue perhatikan, setiap ada hari raya besar, pasti jejeran jenama viral hadir di berbagai story para influencer yang kerap membagikan paket di luar produk si jenama. Bahkan ketika influencer sedang isolasi mandiri, dikirimkanlah berbagai buah-buahan dan makanan enak.

"Itu bagian dari pelayanan mereka kepada influencer, biar dianggap baik dan peduli gitu," kata seorang kawan.

"Kenapa ya sampai segitunya kasih pelayanan ekstra?"

"Oh, tentu saja supaya para influencer gak berpaling ke kompetitornya."

"Biar gak berpaling, harusnya pakai kontrak, sih. Bukan cuman extra service."

"Eits, jangan sedih. Aku memang sekarang dikontrak mereka. Juga dengan beberapa influencer lainnya. Mereka selalu mengingatkan dan memohon, jangan sampai aku menerima produk para kompetitornya," sambar Rere sambil menyeruput kopinya.

Hufftt, baiklah.

----

Satu minggu yang lalu, di negeri Wakanda sempat terdengar buzzer serampangan yang menyerang sebuah akun jenama kecantikan. Buzzer yang sekiranya ada seratusan orang, yang berkata bahwa produknya mirip dengan produk sebelah. Tidak menunggu lama, seorang perempuan 'menumpahkan teh' soal segerombolan buzzer yang dibayar 3 ribu perak untuk menyerang kompetitor jenama yang ditunjuk.

Seorang kawan kemudian bercerita bahwa di luar sana, memang benar ada influencer agency yang memiliki jasa menyeruduk. Soal harga pun variatif. Biasanya satu komentar dihargai 3 ribu hingga 10 ribu perak. Bayangkan, dengan bayaran yang tidak masuk akal, mereka rela melakukan dosa yang bisa merugikan banyak pihak. Tidak hanya bekerja di media sosial, bahkan ke dalam forum kecantikan yang ada. 

"Buzzer akun bodong apa lagi, beb. Akunnya gak ada followers tapi ada aja cuitan komennya. Entah pro atau kontra terhadap seseorang, sesuai bosnya aja."

Gue mengernyitkan dahi, merasa semakin gila saja dunia ini.

----

Sekiranya dua bulan lalu, gue melihat jenama X dan Y sedang memiliki permasalahan yang kemudian viral di media sosial. Satunya soal penawaran yang tidak manusiawi, satunya soal kandungannya yang diduga ada bahan berbahaya. 

Jenama Y pun mengklarifikasi, terasa spontanitas saja tanpa campur tangan seorang Public Relation. Sebab klarifikasi tersebut seperti bukan klarifikasi yang diharapkan, karena sang pemilik malah menyalahkan pihak lain, bahkan kepada para konsumen. Tentu saja dengan derai air mata seolah ingin dikasihani.

"Beli produk yang asli, jangan yang palsu!"

Sedangkan di luar sana, berbagai orang mengaku selalu membeli yang asli.

"Produknya waktu awal-awal itu emang beneran bagus, tapi makin viral malah kualitas produknya kayak diturunin gitu." - Netizen 1.

"Itu tuh ada kandungan anu, awalnya bikin glowing. Lama-lama langsung jelek tuh muka." - Netizen 2.

Kira-kira kurang dari 10 hari, semua video viral menghilang. Kelanjutan masalah itu tidak ada. Apakah konsumen diganti rugi? Ditutup mulutnya dengan sejumlah uang? Atau diancam? 

Apakah jenama X dan Y yang terlihat bersaing ketat, memang sedang melakukan permainan? Saling menjatuhkan? Mengapa kasus viral mereka berada di waktu yang berdekatan? Apakah mereka menganut sistem: "Publikasi buruk tetaplah sebuah publikasi" ?

Hufffttt, negeri Wakanda, mengapa wargamu sangatlah rumit....

---

"Lihatlah dunia kecantikan di negeri Wakanda. Saingannya udah gak fair. Saling menjatuhkan, apa-apa harus viral, influencer-nya harus banyak plus diservis, 'orang dalem'-nya harus ada, dan lainnya. Bikin produk bagus kalau budget untuk pemasarannya terbatas, susah berkembangnya," ucap Loli dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Waktu akan menjawab. Yang namanya kecurangan pasti akan terungkap. Pasti dibalas, entah gimana caranya. Kan gak berkah."

"Ya, begitulah. Emang susah jadi orang baik-baik aja, susah kaya!"

"Begitulah. Baik itu gak cukup. Mau cepat kaya? Lakukanlah 3M: memanjat, menjilat, dan membohongi banyak orang."

Hahahaha.

----

Ini hanya cerita soal negeri Wakanda, kalau negeri kalian, entahlah....

Comments
0 Comments

No comments

Gih kasi komen. Asal jangan nyebelin, berbau SARA dan porno ye. Yang SPAMMING bakal gue HAPUS.

Makasi temen-temen. HAPPY BLOGGING! :*

Powered by Blogger.