Tentang Camerku Yang Super Ganjil

INCROT
(Sumber Gambar)

 Iya, iya.

Gue memang dikenal fakboi. Suka celup sana sini. Bahkan sampai pacar gue hamil. Ya gimana gak gue hamili, dia cantik, geboy, goyangan yahud, diajak ngobrol seru, bucin, populer pula. Siapa sih yang gak mau sama dia? Siapa sih yang gak bangga kalau dibucinin sama cewek kayak dia?

Ups, maaf, gue lupa untuk mengenalkan diri.

Sebut aja gue Indro. Gak cuma dia sih yang populer, keluarga gue juga populer. Lebih tepatnya populer di lingkup kelas atas. Kalau dia sih, populernya di lingkup hiburan, dan memang orang-orang lebih banyak yang mengenal dia.

Sesempurnanya dia, yang namanya selingkuh itu memang kayaknya sudah jadi rekreasi gue pribadi. Gak tau sih ya kalau bagi cowok lain. Like... bisa melepas penat dan segala kebosanan aja gitu. Menurut gue lho, ya.

Sesempurna-sempurnanya pasangan, toh menurut gue ada masanya kita bosan, ya gak?

Kalau kalian bosan, mungkin tinggal minum kopi bareng teman tongkrongan juga jadi.

Lha gue, gue mah maunya sama cewek, cewek, dan cewek! He he he. 

FWB gue banyak lhoo, tapi tenang. Si dia juga kayaknya sampai sekarang gak tau. Masih aman! 

Pas tercium media pasca pacar gue hamil, sontak gue dan si pacar jadi dikejar-kejar wartawan tiap hari. Sampai ditungguin di depan rumah orangtua gue pula. 

Keluarga besar pun jadi ramai-ramai nge-judge gue. Nyalahin gue. Dan mereka jujur ke gue kalau mereka gak suka sama si pacar!

"Papa gak mau tahu ya, pokoknya kamu jangan lama-lama berhubungan sama dia. Papa pengen kamu punya istri yang sederajat sama keluarga kita!"

Hih, derajat-derajat. Bukannya di mata Tuhan derajat kita semua sama?

_____

Beberapa minggu menjelang akad nikah (yang sangat terpaksa itu), gue sempat meluangkan waktu bersama keluarga si dia. Gue pengen pendekatan lebih dalam aja gitu sama nyokap-bokapnya. Kan katanya sama asiknya, jadi mari buktikan!

Di ruang keluarga, gue ngobrol-ngobrol sama mamih dan papih. Weits, ternyata orangnya nyablak banget, ya. Dan super kepo dengan keluarga gue. Sampai nanya-nanya, kenapa orangtua gue belum juga datang untuk mengenalkan diri dan meminta izin.

Ya gimana mau datang, mereka aja sebenarnya gak terlalu merestui hubungan gue dan si dia.

"Saking keenakan ngobrol, mamih jadi lupa kasih Indro minum. Bentar ya ke dapur dulu. Mamih kasih minuman paling joss buat kamu!"

Mamih lalu ke dapur, tinggallah gue dan papih di ruangan itu. Agak canggung, sih. Mana si dia lagi ada di ruangan atas bikin konten.

"Duh, papih pegal-pegal nih. Papih mau rebahan, sambil kamu pijit-pijit, ya? Biar enak, nih!" Si Papih malah langsung kasih instruksi. Gue bengong, seumur-umur gak pernah gue pijitin orangtua.

Ya sudah, gue pijitin aja itu camer. 

"Bawahan dikit, dong," pintanya.

Oh, oke deh, di punggung bagian tengah gue tekan-tekan. Asal aja, ya secara gue bukan tukang pijit.

"Bawahan dikit, di pinggang coba, deh," pintanya lagi.

Oh, lagi encok kali ya minta pinggangnya dipijitin? Baiklah.

Gak lama, si papih minta bokongnya dipijat-pijat. Sontak gue kaget. Yang benar aja, harus banget gue pegang bokongnya?

Ya sudahlah, gue pijat-pijatlah itu bokong tepos.

"Aaaah, enak. Aaaah, enak."

Hah? Kok si papih kayak melenguh gitu?

Sayup-sayup gue mendengar mamih yang suaranya semakin mendekat. Buru-buru gue berdiri, minta izin keluar sebentar, dengan alasan mau telepon rekan kantor.

"Hey, kamu di mana?" Gue menelepon salah satu FWB-an tercinta.

"Oh, di apartemen, ya sudah aku ke sana ya."

Gue minta izin ke papih dan mamih untuk balik. Katanya, "Kok buru-buru banget, minumannya aja belum disentuh?"

Ya gila aja, gue was-was habis pegang bokong camer. Mending juga pegang punya FWB-an.

______

"Ya ampun beb, aku baru kali ini lihat calon mantu dikerjain kayak gitu. Aneh banget, deh," kata Sonya, si FWB-an kesayangan gue yang paling bohay.

"Bayangin deh kamu dan pacarmu resmi. Terus kamu serumah sama si papih. Bisa-bisa kamu malah 'habis' sama dia, bukan sama bini. Hiyyyy!!!"

Duh, Sonya kenapa nakut-nakutin gue gitu, sih?

Sudahlah, daripada ghibah, bukankah lebih baik kita memadu mesra? He he he.

"Dasar kamu, mau nikah malah 'kawin' sama orang lain. Iiih, nackal!" Sonya meledekku.

Yah, namanya juga cowok fakboi.

______

Si dia ngajakin gue ke rumahnya lagi. Katanya, kenapa sih tiap habis nganterin pulang, gak pernah mau masuk ke rumah lagi. Ya gimana, dong. Gue masih trauma tau, gak!

Tapi kata Sonya, gak usah terlalu takut. Toh mereka terkenal, kalau kenapa-kenapa, viralin aja.

Masalahnya, kan gak lucu kalau yang viral soal gue yang dipegang-pegang camer sendiri! Amit-amit!

Tapi, demi calon istri, ya sudahlah gue berani-beraniin. Mungkin yang kemarin cuma suudzon gue aja.

"Eh, Indro, calon mantu papih!" Papih menyambut gue di depan pintu dan langsung sodorin pipinya buat cipika cipiki. Ampun deh, sama bapak gue sendiri aja gue gak pernah kayak gini.

"Yuk masuk, yukkkk!"

Si dia izin ke kamar untuk ganti baju. Sedangkan mamih katanya lagi ke supermarket bareng adiknya si dia.

Jadilah di ruang keluarga hanya gue dan si papih. Lagi lagi!

Gue deg-degan, jujur. Jangan sampai dia bilang minta dipijitin.

Sialnya, si papih langsung deketin gue. Terus taruh tangan gue di atas pahanya sambil bilang....

"Calon mantuku, terima kasih ya sudah menerima anakku. Kalau boleh, saya punya 1 permintaan, anggap saja sebagai persyaratan supaya hubungan kalian benar-benar saya restui. Sekali ini saja."

Glek. Mau minta apa, nih? Kalau sekadar minta voucher belanja, kendaraan, dan benda apapun, bisa deh gue kasih. Masalahnya, gue gak yakin.

Semoga hanya suudzon belaka.

"Begini, nak, papih mau sesuatu dari Nak Indro..."

"Apa nih, Pih?"

"Mudah-mudahan sih kamu mau."

Tunggu dulu, kok dia bilang begitu? Kenapa gak bilang, "Mudah-mudahan kamu bisa." Kan gue jadi gak setakut ini!

"Gimana?"

"Gimana apanya, pih?"

"Kamu mau?"

"Mau apa, ya?"

"Janji ya kamu mau?"

"Ya mau apa dulu, pih?"

"Oke, sebagai persyaratan. Papih pengen kamu melakukan sesuatu."

Hmm, sesuatu? Apa dulu, nih? Pijit bokongnya lagi?

"Langsung aja, pih. Mudah-mudahan Indro bisa memenuhi persyaratan."

"Bener nih, ya? Jadi gini, papih pengen kita tuh bisa bonding. Bisa dekat gitu. Gak ada jarak. Toh kita nanti jadi keluarga, ya."

"Lalu?"

"Papih minta waktu kamu sebentar untuk nyenengin papih."

"Nyenengin seperti apa, ya? Papih mau Indro belanjain sesuatu? Atau diajak kulineran? Jalan-jalan bareng keluarga?"

"Nggak, kok. Nggak pakai modal materi, papih sih sudah kenyang kalau soal itu. Mau yang lain aja, dari diri Nak Indro."

BUSET, KOK GUE MAKIN TAKUT????

"Nggg.... Anu... Maksud papih?"

"He he, agak malu, sih. Tapi pengen, biar kita makin dekat."

"Papih mau apa, ya?" Gue menaikkan nada bicara dengan lantang. Habis, lama banget, deh!

"Besok kan rumah kosong, nih. Mau pada ke Puncak. Tapi papih maunya di rumah aja. Sama Nak Indro."

"Kenapa harus saya?"

"Ya, kan kamu calon mantu saya, biar kita makin dekat."

"Saya ajak teman saya, gimana? Boleh?"

"Gak boleh, cuma Nak Indro aja. He he he."

"Tapi, pih..."

"Papih pengen kita dekat. Gak sekadar ngobrol aja. Kita pijit-pijit. Dan... mau ya besok kita mandi bareng?"

HAAAAH? WOY PERSYARATAN NIKAH MACAM APA INI????

Gue syok, sumpah syok, gue langsung berdiri. Gue juga gugup, terus langsung bergegas tanpa pamitan.

"Indroooo, mau ke mana kamu, Nak?"

Gue udah gak peduli lagi, sih. Asli. Gue cabut aja, lah!

Dan gue bersumpah gak mau menginjakkan kaki ke rumah itu lagi!!!!!

______

Gue langsung meluncur ke apartemen Sonya. Gue butuh healing dari si Sonya!

"Duh, kok gak ngabarin dulu nih si calon manten?"

"Aku nginep di sini, ya."

"Yang penting '3 babak sampai belur'!"

"Iya, aku jabanin!"

Gue langsung rebahan di sofa, di pangkuan si Sonya. Diceritakanlah momen termuak tadi. Yang bikin si Sonya malah ketawa-tawa.

"Viralin aja, kali!"

"Ogah, bisa digantung bapak gue yang ada!"

"Iya, sih. Gak cuma keluarga, senegara juga malu liatnya, ya. Hahaha."

"Gimana dong, kalau kayak gini sih gue ogah nikah sama si dia. Habis, papihnya begitu."

"Makanya jangan hamilin anak orang. Sama yang bapaknya 'begitu' lagi. Hahahahahaha"

Sonya tertawa terbahak-bahak. Sialan, kalau kayak gini jadinya, gue jadi pengen tidur aja, deh!

"Seronde dulu, kali!" Sonya mencubit perutku.

"Ogah!"

"Ya sudah, gue viralin cerita lu, nih?"

HEEEEHHHH!!!!!


11 comments:

Gih kasi komen. Asal jangan nyebelin, berbau SARA dan porno ye. Yang SPAMMING bakal gue HAPUS.

Makasi temen-temen. HAPPY BLOGGING! :*

Powered by Blogger.